Sejarah

1. Sejarah Asal Usul

Sejarah Asal Usul Nama Desa Jomboran

Nama Jomboran menurut beberapa cerita sejarah (yang tidak terdokumentasikan) bahwa pada masa penjajahan belanda, wilayah kita pada saat itu banyak ditanami tanaman keras, khususnya di daerah paling utara, yang saat ini disebut Dukuh Jomboran, wilayah tersebut dulu sering dipakai sebagai tempat transit atau tempat singgah sementara dokar/andong (kereta yang ditarik kuda). Pada saat berkumpul para sinder sambil memberikan makan kuda atau dalam istilah jawa “nyombor kuda”, dari kata ini akhirnya wilayah kita sekarang disebut dengan Jomboran.
Sebelum munculnya Desa Jomboran, wilayah ini merupakan blengketan  penggabungan dari 2 (dua desa) Desa Tawang Sari wilayahnya meliputi Dukuh Krajan, Dukuh Kalikuning dan Dk. Ngukiran dan Desa Jomboran meliputi wilayah Dk. Jomboran, Dk. Bugelan dan Dk. Tempuran. Pemerintah Desa Tawang Sari pusat pemerintahanya berada di Dk. Tawang Sari dan Pemerintah Desa Jomboran pusat pemerintahnya berada di Dk. Jomboran, setelah ke dua desa tersebut diblengket/digabung  menjadi satu desa, ke dua desa tersebut menjadi Desa Jomboran. Pusat pemerinahan yang dapat diketahui setelah masa pemblengketan/penggabungan, kantor pemerintahan berada di Dk. Jomboran (sekarang rumah peninggalan yang digunakan sebagai kantor desa masih ada)
Sejarah sebelum keberadaan Desa Tawang Sari dan Desa Jomboran, pemerintahan dipimpin oleh seorang Ronggo/Kami Tuo, Desa Tawang Sari dan Desa Jomboran yang saat itu memiliki wilayah sendiri masih dipimpin oleh seorang Ronggo, setelah penggabungan kedua desa dipimpin oleh seorang lurah, kantor lurah Desa Jomboran yang pertama  berada di Dk. Jomboran. (Sumber: Bpk. Harsono, Warga RW XI, Dk. Kalikuning)

Sejarah Asal Usul Dukuh Bugelan

Pada zaman dahulu diduplah seorang Kyai yang bernama Kyai Bugel yang tinggal di Surabaya. Kyai Bugel selalu berperang melawan penjahat yang ada pada jaman itu, dan kali ini beliau melawan penjahat sambil menunggang kuda miliknya, tetapi nasibnya sungguh kurang beruntung, karena dalam peperangan kali ini Kyai Bugel terbunuh oleh penjahat.
Kyai Bugel terbunuh saat menunggangi kuda miliknya, karena tubuhnya terlilit oleh tali pengikat kuda, walaupun Kyai Bugel mati diatas pelana kuda, beliau tidak terjatuh ke tanah. Hingga akhirnya kuda itu berlari membawa Kyai Bugel dari Kota Surabaya menuju tempat lain. Dalam perjalannya Kyai Bugel masih terlilit oleh tali pelana kuda, dengan kencangnya kuda milik Kyai Bugel berlari mengatasi segala rintangan yang ada.
Setelah berhari – hari menempuh perjalanan, sampailah kuda itu dengan membawa jasad Kyai Bugel yang masih terlilit tali diatas pelana kuda disebuah tempat, karena kelelahan setelah melakukan perjalanan berhari – hari maka kuda itupun mati, tempat dimana kuda dan Kyai Bugel dimakamkan, saat ini tempat ini disebut dengan Bugelan untuk mengenang semua jasa dan pengorbanan beliau, dan makam Kyai Bugel saat ini masih ada di Dukuh Bugelan.
Wilayah Dukuh Bugelan saat ini pada awalnya terdiri dari 3 nama kelompok rumah yaitu Sidorejo, Tempel dan Bugelan, dari ketiga nama tersebut akhirnya diblengket menjadi satu nama Dukuh Bugelan.
Sidorejo adalah wilayah Bugelan disebelah barat selatan, nama Tempel untuk wilayah disebelah utara dan Bugelan sendiri berada di sebelah timur.
.
Sejarah Asal Usul Dukuh Tawang Sari

Dukuh Tawang Sari, sebelum masuk wilayah Desa Jomboran adalah merupakan satu nama desa tersendiri yaitu Desa Tawang Sari, dengan wilayah Dk. Tawang Sari, Dk. Ngukiran, Dk. Krajan dan Dk. Kalikuning, pusat permintahan kala itu berada di Dukuh Tawang Sari. Nama Tawang Sari pada mulanya berasa dari nama Taman Sari yaitu tempat tinggalnya para bidadari, menurut legenda Taman Sari dahulu dihuni oleh tujuh bidadari, sampai sekarang sebagian masyarakat masih ada yang mempercayai tujuh bidadari sebagai danyang Dukuh Tawang sari.

2. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Desa Jomboran

Menurut cerita bahwa Desa Jomboran dahulu merupakan penggabungan 2 desa, sebelum kantor desa berada di Wilayah Dukuh Krajan, pusat pemerintahan Jomboran berada di Dukuh Tawang Sari, pada masa itu Desa Jomboran terdiri dari 2 desa yaitu Desa Jomboran dan Desa Ngemplak, setelah dari Dukuh Tawang Sari pusat pemerintahan pindah ke Dukuh Jomboran. Untuk pusat Pemerintahan Desa yang berpusat di Dk Jomboran sampai saat ini masih ada bangunan yang dipakai sebagai kantor desa, tetapi di Dk Tawang Sari sudah tidak ada lagi bekas peninggalannya. Kami mencoba merunut kembali masa pemerintahan desa yang dapat kami gali informasinya, dimulai dari:
  • Pemerintahan desa yang pertama dipimpin oleh Bpk. Hardjo Wirdjono, beliau memimpin Desa Jomboran sampai dengan tahun 1975, pusat pemerintahan pada saat itu berada di Rw I, Dk Jomboran dengan kantor desa yang masih ada saat ini.
  • Setelah Bpk. Harjo Wirdjono, pemerintahan mengalami masa kekosongan jabatan kepala desa, sehingga di pemerintahan desa dipegang oleh CT  (care taker/pejabat sementara) yang dipegang oleh Bpk. Sutono Pawiro, beliau memegang hanya selama 2 tahun mulai tahun 1975 – 1977, selama kepemimpinannya ini beliau memberikan peninggalan kantor desa yang sekarang ditempati sebagai pusat pemerintahan, dan kantor desa itu diberi nama “TUTUKO” dengan harapan kantor desa ini dapat selesai pembangunanya, karena pada saat beliau memimpin kantor desa ini belum selesai. Beliau juga sudah merencanakan membangun gapuro desa yang belum selesai dan saat ini bekasnya masih ada dan belum sempat dilanjutkan hingga sekarang. Beliau menjadi pemimpin desa yang sangat  dikenal biarpun hanya sebagai pejabat sementara dan hanya 2 tahun menjadi care taker, beliau menjadi legenda kepala desa di Desa Jomboran karena system kerja yang diterapkan saat itu sangat baik.
  • Pemerintahan desa yang ke II dipimpin oleh Bpk Mundjijat, BBA, beliau memimpin Jomboran dari tahun 1978 – 1989 selama satu periode jabatan kepala desa (8 tahun). Pada masa pemer intahan beliau banyak ditandai dengan hal-hal yang cukup fenomenal diantaranya dibangunya SMPN 5 Klaten, masuknya listrik ke Jomboran juga karena jasanya, dan pembangunan beberapa jembatan dibangun pada masa pemerintahan beliau, pada masa pemrintahan beliau kelompok tani pernah menjadi Juara Nasional, Desa Jomboran menjadi pusat belajar dibidang pertanian bagi petani daerah lain bahkan dari luar pulau jawa. Pada saat pemerintahan beliau juga tempat pembuangan akhir (TPA) sampah mulai masuk di Jomboran, yang sampai sekarang kurang lebih sudah hampir 25 tahun keberadaan TPA tersebut berada di Jomboran dan banyak mendapatkan sorotan tentang dampak dari TPA.
  • Pemerintahan desa yang ke III dipimpin oleh Bpk. Saminu, beliau memimpin Desa Jomboran selama 2 periode, periode pertama tahun1990 – 1998, periode kedua tahun 1998 - 2006, pada masa beliau ditandai dengan masuknya Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM)
  • Kepala Desa Jomboran yang ke empat (IV) di pegang oleh Agung Widodo, SE, MPd yang menjabat selama 2 periode, periode petama tahun 2007 – 2013, periode kedua tahun 2013 – 2019.

3. Cerita Sejarah Unik Makam Wiryo Negaran Kalikuning

Di Desa Jomboran ada sebuah makam yang keberadaanya cukup memiliki sejarah, terutama bagi warga yang memiliki  alur trah/garis keturunan dari makam wiryonegaran, makam ini berada di Dukuh Kalikuning, bagi kami Dukuh kalikuning dapat diibaratkan Pulau Bali, dimana Pulau Bali lebih terkenal dari pada Indonesia, orang luar akan lebih mengenal Pulau Bali dari pada mengenal Negara Indonesia.
Demikian juga dukuh kecil yang menjadi bagian dari Desa Jomboran ini, dapat kami ibaratkan bahwa Dk. Kalikuning keberadaanya seperti Pulau Dewata, orang luar akan lebih mudah mengenal Kalikuning dari pada Desa Jomboran.
Di dukuh kecil yang hanya terdiri dari 2 RT ini ada sebuah makam yang disebut Makam “WIRYONEGARAN” makam ini menjadi salah satu makam yang cukup prestisius bagi sebagian warga kami apabila dibandingkan dengan makam – makam yang lain.
Sebelumnya perlu kami sampaikan bahwa kami cukup terkejut ketika mendengar saat dibacakannya runutan sejarah Klaten pada saat hari jadi Klaten. Pada saat itu di benak penulis atas dasar informasi yang berkembang di sekitar desa kami, Makam “Wiryonegaran” yang bertempat di Kalikuning, Jomboran dimakamkan seorang tokoh dan sekaligus pelaku sejarah di Klaten. Akan tetapi mengapa dalam struktur sejarah Klaten Kalikuning tidak disebut dalam bagian sejarah.
Apalagi saat penulis bertemu dengan Bapak Sapto Aji yang saat itu beliau menjabat sebagai Kepala Badan Arsip Dan Perpustakaan Kabupaten Klaten, Beliau mengatakan bahwa Bupati Klaten yang diketahui baru pada mulai bupati ke tiga, artinya siapa bupati Klaten yang pertama dan kedua ternyata belum diketahui.
Atas dasar itu penulis mencoba menelusuri jejak rekam sejarah Makam “Wiryonegaran” Kalikuning, mudah – mudahan tulisan ini ada manfaatnya atau bahkan bisa menyambung mata rantai sejarah yang terputus.
Menurut salah satu sumber yang masih ada ikatan silsilah dengan Tmg Wiryonegoro, dapat kami sampaikan runutan silsilah yang mungkin bisa menjadikan perbandingan.
Kami mengambil beberapa nara sumber untuk menggali silsilah ini, yang mau tidak mau akan membawa salah satu tokoh penting yang dimakamkan di Makam “Wiryonegaran” Kalikuning yaitu:
Bahwa hasil runutan silsilah dari Raden Tumenggung Wiryonegoro, tulisan ini akan memutus mata rantai dari Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan Alam Akbar Raden Patah (yang menjabat ratu di Demak Bintoro) – beliau menurunkan Pangeran Pamekas – beliau menurunkan Kanjeng Panembahan Jogorogo – beliau menurunkan  Pangeran Tejo Kusumo alias Ki Ageng Ampuhan – beliau menurunkan  Kyai Ageng Karang Lo – beliau menurunkan Kyai Cucuk Dandang Ugi Priyandono – beliau menurunkan R. Ng. Kusumodipo – dari beliau menurunkan R. Ng. Reksoprojo Kaliwon Pepatih Kartosuro – beliau menurunkan Raden Tumenggung Wiryonegoro.
Kami hanya dapat menelusuri keberadaan dari R. Ng. Reksoprojo Kaliwon, beliau menjabat sebagai patih atau wakil raja di daerah Kartosuro (sekarang wilayah Kabupaten Sukoharjo), beliau dimakamkan di Makam Kelurahan Klaten atau sekarang lebih terkenal dengan sebutan Eyang Mlati.
R. Tmg. Wiryonegoro, merupakan putra dari R. Ng. Reksoprojo Kaliwon, semasa  hidupnya beliau menjabat sebagai Bupati di daerah Prambanan akan tetapi berdomisili di di daerah Kalikuning, dan sampai akhir hayatnya beliau dimakamkan di pemakaman “Wiryonegaran” Kalikuning, nama makamnyapun diambilkan dari nama beliau.
Mengapa R. Tmg Wiryonegoro menjadi bupati Prambanan? Karena pada saat itu adalah pecahnya kerajaan mataram menjadi 2 bagian atau lebih terkenal dengan perjanjian “Giyanti” sehingga ayahnada yang menjabat sebagai patih, menempatkan putranya menjadi bupati Prambanan yang akan mengawasi wilayah perbatasan antara kasunanan Surakarta dan Kerajaan di Yogyakarta.
Dari R. Tmg. Wiryonegoro,  semasa hidupnya menikah dengan seorang putrid. 
Akan tetapi karena tidak ada dokumen resmi yang menyatakan bahwa Tmg Wiryonegoro adalah seorang bupati, maka cerita ini hanya dianggap sebuah cerita belaka.

Nara sumber:

Mundjiyat/Ny. Kadaryatun, yang bersangkutan ( adalah mantan Kepala Desa Jomboran periode 1987 -1997.
Juru Kunci Makam “Wiryonegaran” Kalikuning yaitu Mbah Yoso Sumarto yang bertempat tinggal di Kalikuning RT 03 RW IX Jomboran, Klaten Tengah.
Tokoh spiritual yang ada di wilayah ini yaitu Mbah Suratno atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Sadur tinggal di Karajan Rt 01 RW IX Jomboran, Klaten Tengah.

8 comments:

  1. mbah wiyonegoro atau mbah menggung

    ReplyDelete
  2. mbah wiyonegoro atau mbah menggung

    ReplyDelete
  3. Kira2 ap hubunganx dengan orangtua saya ya..ketika itu rama saya dipanggil menghadap ke keraton surakarta karena suatu hal kemudian diberikan nama belakang krht wiryonegoro..apakah ada kemungkinan hubungan kedua nama ini?

    ReplyDelete
  4. Ada ga hubungannya dg tumenggung wirobongso d desa tambongwetan?

    ReplyDelete
  5. Admin boleh minta nomor hp? Saya pengen diskusi perihal ini.
    Atau ini wa saya 089648819529

    ReplyDelete
  6. Itu leluhurnya kyai saya dibekasi.
    Namanya kyai alip prayogi
    (kyai singa/gus ogi)

    ReplyDelete
  7. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete